"Kalau yang diletakkan dibawah maksudnya dipersembahkan pada makhluk yang ada di bumi. Disebut Butakala, atau Batarakala yaitu makhluk yang derajatnya ada dibawah, bersama manusia" ungkapnya.
Berbagai aktifitas sesajen itu, katanya, bukanlah sebagai bentuk penyembahan kepada sang makhluk, melainkan hanya bentuk penghormatan.
Liluh sampaikan konsep keseimbangan yang dikenal di Bali dengan istilah Trihitakala, tiga hubungan yang harmonis. Pertama, Parahyangan, yaitu hubungan harmonis antara manusia dengan Tuhan, diekspresikan dengan sesajen. Kedua, bernama Pawongan, hubungan harmonis antar sesama manusia. Adapun yang ketiga disebut Pelemahan, yaitu konsep keseimbangan untuk menjaga hubungan manusia dengan alam.
"Banyak pohon di Bali diberi sarung, dilindungi, tidak ditebang, itu konsep keseimbangan alam, agar pohon menjadi penyangga air, air tentu untuk kemakmuran kehidupan. Bahkan pohon Beringin di Bali dikeramatkan," ujarnya. (Zbr/Hb).